Jumat, 10 Januari 2014

TULISAN 13 PERILAKU KONSUMEN

Penyebaran Inovasi



Pentingnya penggunaan produk baru sudah jelas, tetapi seseorang mungkin akan bertanya mengapa keputusan konsumen tentang produk baru harus dipelajari dengan cara berbeda dengan keputusan tentang produk lain. Perbedaan utama dalam analisis tradisional mengenai penyebaran inovasi yaitu penekanan pada komunikasi di dalam struktur sosial dan bukan pemprosesan informasi individual.
Adapun definisi dari penyebaran inovasi menurut Rogers adalah sebagai proses dikomunikasikannya inovasi (ide baru) melalui saluran tertentu selamanya diantara para anggota sistem sosial.
Proses penyebaran (diffusion process) berhubungan dengan cara inovasi tersebar, yaitu cara inovasi berasimilasi dengan pasar. Lebih tepatnya, penyebaran adalah proses menyebarnya penerimaan inovasi tertentu oleh komunikasi kepada para anggota sistem sosial tertentu selama jangka waktu tertentu.


Elemen Dasar dalam Proses Penyebaran

Definisi dari penyebaran inovasi menurut Rogers adalah sebagai proses dikomunikasikannya inovasi (ide baru) melalui saluran tertentu selamanya diantara para anggota sistem sosial. Proses penyebaran (diffusion process) berhubungan dengan cara inovasi tersebar, yaitu cara inovasi berasimilasi dengan pasar. Lebih tepatnya, penyebaran adalah proses menyebarnya penerimaan inovasi tertentu oleh komunikasi kepada para anggota sistem sosial tertentu selama jangka waktu tertentu.
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
1.    Inovasi
Gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
2.    Saluran Komunikasi
‘Alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling perlu memperhatikan:
a.    Tujuan diadakannya komunikasi
b.    Karakteristik penerima.
Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
3.    Jangka Waktu
Proses keputusan inovasi, mulai dari seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam
a.    Proses pengambilan keputusan inovasi
b.    Keinovatifan seseorang
Relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi.
c.    Kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial
4.    Sistem Sosial
Kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama  


 Pengaplikasian Definisi dari Inovasi

Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya,  teori Difusi Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi merupakan awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan masyarakat.
Rogers dan Shoemaker (1971) serta Mulyana S (2009) menjelaskan bahwa proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu:
1.    Penemuan (invention)
Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau dikembangkan.
2.    Difusi (diffusion)
Difusi adalah proses dimana ide atau gagasan baru  dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial.
3.    Konsekuensi (consequences)
Konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau penolakan inovasi.
Roger menawarkan alternatif mekanisme Disfusi Inovasi dalam Lembaga Pemerintahan, yaitu:
1.    Agenda Setting
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kebutuhan lembaga.
2.    Maching
Pada tahap ini terjadi proses mencocokkan, melakukan redesign organisasi untuk menyesuaikan dengan inovasi. Organisasi dapat memutuskan bahwa inovasi yang akan di difusi match atau mismatch. Apabila menurut penilaian terjadi mismatch maka inovasi dapat ditolak. Keputusan ini penting karena akan menentukan langkah selanjutnya.
3.    Restrukturing / Redefining
Ketika tahap 2 di putuskan bahwa inovaso match dengan organisasi maka harus mulai melakukan modifikasi terhadap inovasi tersebut sehingga inovasi mulai mengurangi karakter bawaannya dan mulai menyatu dengan karakter organisasi. Dalam tahap ini inovasi di reinvented  sehingga menjadi inovasi yang memiliki karakter organisasi.Dengan demikian juga secara otomatis terjadi stukturisasi lembaga sebagai dampak dari implementasi inovasi.
4.    Clarifying
Pada tahap ini inovasi diimplementasikan secara luas sehingga ide-ide yang di bawa oleh innovator lambat laun menjadi kebiasaan bagi setiap anggota organisasi.
5.    Routinizing
Pada tahap ini inovasi telah menjadi ide-ide dan telah menjadi kegiatan rutinitas yang menyatu dengan kegiatan organisasi. Ide-ide inovasi telah melebur dengan organisasi menjadi pengetahuan, cara berfikir dan cara bertindak.


Lima Karakteristik yang Dihubungkan dengan Produk Baru

Berbagai komunikasi pemasaran memainkan peran utama dalam mempengaruhi lima karakteristik yang berhubungan dengan inovasi, yang menunjang sikap konsumen terhadap produk-produk baru dan karena itu, mereka kemungkinan akan mengadopsi produk-produk yang inovatif, yaitu:
1.    Keunggulan Relatif
Adalah suatu fungsi di mana seseorang mempersepsikan suatu produk baru lebih baik dibanding berbagai penawaran yang kompetitif, juga produk tersebut sesungguhnya lebih baik bila dibandingkan dari sisi standar-standar obyektif. Keunggulan relatif tergantung pada berbagai karakteristik yang melekat pada produk itu sendiri, tetapi bisa juga dipengaruhi oleh komunikasi persuasif.
2.    Kecocokan
Adalah suatu derajat di mana inovasi diterima seseorang kedalam caranya melakukan berbagai hal. Sebuah produk baru mencapai kecocokan ketika dapat menyamai berbagai kebutuhan, nilai-nilai personal, keyakinan, serta pengalaman masa lalu konsumen. Makin  besar kecocokannya, makin cepat laju adopsi produk baru tersebut. Berbagai inovasi yang cocok dengan situasi keberadaan seseorang akan lebih sedikit berisiko, lebih bermakna, dan hanya memerlukan lebih sedikit upaya untuk melibatkannya ke dalam gaya hidup konsumsi seseorang
3.    Kompleksitas
Mengacu pada derajat kesulitan yang dirasakan atas suatu inovasi. Makin sulit suatu inovasi dipahami atau digunakan, makin rendah tingkat adopsi.
4.    Dapat Diuji
Kemungkinan untuk diuji coba (triability) adalah taraf luasnya jangkauan di mana suatu inovasi bisa digunakan pada lingkungan yang terbatas sebelum pembentukan komitmen berkembang sepenuhnya. Secara umum, produk-produk yang memungkinkan untuk diuji coba, akan lebih cepat diadopsi. Triability sangat terkait dengan konsep persepsi risiko.
5.    Observabilitas
Kemampuan produk untuk diamati adalah derajat dimana pengguna produk atau orang-orang lainnya bisa mengamati berbagai dampak positif dari penggunaan produk baru. Semakin perilaku konsumen dirasakan, semakin visibel produk tersebut.


Proses Adopsi

Adopsi adalah suatu kegiatan seseorang dalam membuat keputusan dan melalui ini inovasi diterima. Adopsi produk baru harus dimengerti dalam konteks yang temporal.[3] Proses adopsi merupakan tahap-tahap yag dilalui seorang konsumen sebelum sampai pada keputusan untuk mencoba atau tidak mencoba atau terus  menggunakan atau berhenti menggunakan suatu produk baru. Adopsi sebagai suatu proses sepanjang waktu sudah dimengerti oleh para ahli pemasaran untuk waktu yang lama.
Sering diasumsikan bahwa konsumen bergerak melalui 5 tahap untuk sampai ke keputusan untuk membeli atau menolak produk baru tertentu, tahapan-tahapan tersebut antaralain :
1.      Tahap Kesadaran
Pada tahap ini konsumen mengetahui adanya ide-ide baru tapi kurang informasi mengenai hal inovasi atau informasi yang diperoleh sangat terbatas.
2.      Tahap Minat
Pada tahap ini konsumen mulai menaruh minat terhadap inovasi dan mencari informasi lebih banyak mengenai inovasi tersebut.
3.      Tahap Penilaian
Pada tahap ini konsumen melakukan penilaian terhadap produk baru berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dan mencoba untuk mengkaitkannya dengan kondisinya sebelum memutuskan untuk mencoba.
4.      Tahap Percobaan
Pada tahap ini konsumen menggunakan atau mencoba inovasi untuk memastikan ide-ide itu dalam skala kecil untuk menentukan kegunaannya, sesuai atau tidak dengan dirinya.
5.      Tahap Penerimaan
Pada tahap ini konsumen berdasarkan evaluasinya selama mencoba produk dan merasakan hasilnya akan memutuskan menggunakan produk jika ternyata produk baru dinilai sesuai dengan harapan dan keinginan.


Membangun Profil Konsumen yang Menyukai Produk Baru

Penelitian yang dilakukan Nielsen menemukan bahwa 60 persen dari konsumen di seluruh dunia, yang kerap mengakses internet, cenderung untuk membeli produk baru dari merek yang sudah dia kenal dibandingkan menggantinya dengan suatu produk dari merek yang benar-benar baru.
Hampir setengah responden, dari 58 negara, yang disurvei menyatakan mereka cenderung mempertimbangkan untuk membeli produk baru. Dengan konsumen yang berasal dari Amerika Utara, Timur Tengah dan Afrika yang paling mungkin untuk mencoba sesuatu yang baru.
Namun, meski disertai antusias yang besar pada produk baru, dua pertiga responden menyatakan mereka lebih memilih untuk menunggu hingga suatu produk baru benar-benar membuktikan dirinya sebelum responden membelinya.
Rob Wengel, senior vice president dari Nielsen Innovation Analytics, menekankan perlunya perusahaan menciptakan suatu pengalaman positif dengan produk baru. Caranya dengan memberikan produk yang benar-benar diinginkan oleh konsumen dan mengirimkan informasi tersebut pada mereka dengan jelas dan efektif. Rob Wengel juga menekankan pentingnya sistem word-of-mouth (pemasaran dari mulut kemulut) agar produk baru dapat sukses di pasar.

Sumber Referensi:
http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/25/teori-difusi-inovasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar